115 Pulau Kecil dan Sedang Terancam Tenggelam
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.299. Namun, kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global dan berbagai faktor lainnya berpotensi melenyapkan banyak pulau Indonesia dalam tahun-tahun mendatang. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan bahwa 115 pulau kecil dan sedang Indonesia terancam tenggelam pada tahun 2100. Sebagian pulau tersebut bahkan dilaporkan memiliki penghuni.
Ancaman terhadap Pulau-Pulau Indonesia
Jakarta dan wilayah pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan daerah yang sering menjadi objek perbincangan terkait tenggelamnya pulau. Namun, ancaman yang sama juga sedang dihadapi oleh banyak pulau lain di Indonesia, terutama pulau kecil dan sedang.
Pada tahun 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan bahwa 28 pulau kecil telah tenggelam dan 24 pulau kecil lainnya terancam melesap. Di masa depan, jumlah pulau yang mungkin akan tenggelam bisa jauh lebih besar dari perkiraan, terutama jika tidak ada tindakan yang jelas untuk mengantisipasinya.
BRIN memperkirakan sebanyak 115 pulau akan tenggelam pada tahun 2100, dengan 92 di antaranya disebabkan oleh naiknya permukaan air laut. Selain permukaan air laut yang meningkat, penurunan muka tanah juga merupakan faktor signifikan yang dapat menenggelamkan pulau.
Degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga menjadi sorotan, terutama akibat aktivitas antropogenik seperti pertambangan, pariwisata, hingga tambak ikan atau udang. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengungkap bahwa terdapat 218 izin usaha pertambangan di 34 pulau kecil hingga Desember 2023–jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya. Menurut laporan tersebut, industri pertambangan telah memicu bencana ekologis yang serius, di antaranya pencemaran air tanah dan ekosistem laut, hilangnya wilayah tangkap nelayan dan lahan pertanian warga, hingga hilangnya keanekaragaman hayati dan habitatnya.
Mendorong Upaya Pencegahan
Rasanya mungkin mustahil untuk menghentikan pemanasan suhu Bumi di tingkat global untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia dan di berbagai belahan dunia lainnya. Apalagi dalam setidaknya dua dekade terakhir, pemanasan global semakin parah dan tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat rata-rata permukaan air laut global telah meningkat lebih cepat sejak tahun 1900 dibandingkan abad sebelumnya. WMO memperingatkan, permukaan air laut masih akan tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekalipun pemanasan global dapat dibatasi hingga 1,5 derajat.
Intrusi air asin dapat menghancurkan lapangan kerja dan seluruh perekonomian di berbagai industri seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata. Selain itu, kenaikan permukaan air laut berpotensi merusak atau menghancurkan infrastruktur vital, seperti sistem transportasi, rumah sakit, dan sekolah. Bahaya ini sangat akut bagi sekitar 900 juta orang yang tinggal di wilayah pesisir dataran rendah.
Namun, kita semua tidak boleh putus asa dan hanya berdiam diri. Tindakan-tindakan kecil yang berfokus pada upaya pelestarian lingkungan dapat sangat berarti, seperti melindungi lingkungan dengan menanam mangrove dan ikut terlibat dalam konservasi, mengurangi jejak karbon dengan menghemat energi dan beralih ke gaya hidup yang lebih berkelanjutan, mengurangi sampah, mengubah pola konsumsi, dan menerapkan solusi berbasis alam dalam berbagai bidang.
Tentunya, tindakan yang lebih besar dan serius mesti dilakukan oleh pemerintah dan organisasi. Beberapa hal fundamental yang mesti dilakukan adalah pengurangan emisi gas rumah kaca melalui kebijakan energi dan regulasi industri yang lebih tegas; pengelolaan lingkungan dengan meningkatkan rehabilitasi ekosistem dan melindungi kawasan konservasi; mitigasi iklim dengan mengembangkan pengelolaan risiko bencana yang inklusif dan sensitif gender serta membangun infrastruktur yang tahan terhadap kenaikan permukaan laut dan erosi pantai; mendukung penelitian tentang dampak perubahan iklim dan solusi teknis yang dibutuhkan; serta memperkuat kemitraan publik-swasta dan kerja sama internasional dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.