BFA: Langkah Kemenko Marves Bantu Startup dan UKM Demi Ekonomi Biru
Dengan 17.508 pulau dan luas lautan 3.257.357 km², Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang begitu besar. Sektor perikanan, misalnya, memberikan kontribusi sebesar 27 miliar dollar AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyediakan 7 juta lapangan pekerjaan.
Akan tetapi, potensi ekonomi kelautan tersebut harus menghadapi tantangan perubahan iklim dan kerusakan alam, seperti penangkapan ikan berlebihan, kerusakan terumbu karang, serta buangan sampah manusia.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk membangun ekonomi laut yang berkelanjutan, yang dikenal dengan istilah “ekonomi biru”. Menurut Bank Dunia, ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut yang berwawasan lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan mata pencaharian sekaligus pelestarian ekosistem laut.
Baru-baru ini, Kemenko Marves bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) dan Asian Development Bank (ADB) mulai mengimplementasikan program Blue Finance Accelerator (BFA) untuk mendorong akses pembiayaan biru bagi startup dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia.
Fasilitasi Pembangunan Proyek
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Basilio Araujo, program ini memfasilitasi pembangunan proyek dan mengoperasionalkan instrumen pembiayaan baru untuk pemerintah terkait ekonomi biru. Ekonomi biru dan laut yang sehat memiliki peran penting dalam memutar sistem ekonomi global untuk membangun kesejahteraan manusia melalui laut, memulihkan keanekaragaman hayati dan kesehatan laut.
“Kita perlu menyadari peluang yang dapat diberikan oleh laut yang sehat,” kata Basilio.
Officer-in-charge UNDP Indonesia Nicholas Booth mengatakan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran pemerintah pusat dan daerah tentang ekonomi biru dan meningkatkan akses keuangan untuk startup di sektor biru dan UKM.
“Bisnis diharapkan menjadi lebih berkelanjutan karena memberikan hasil positif bagi orang-orang di sekitarnya dan Bumi kita,” kata Booth.
Startup dan UKM yang berpartisipasi diharapkan dapat membangun kapasitas mereka untuk memberikan dampak yang luas serta mendapatkan akses pembiayaan. Tujuannya untuk mendukung pemerintah memastikan laut yang berkelanjutan dan masyarakat pesisir yang tangguh.
Program ini juga sejalan dengan empat rekomendasi strategi utama menuju ekonomi biru bagi Indonesia menurut Laporan Bank Dunia. Empat usulan tersebut adalah:
- Peningkatan pengelolaan aset laut dan pesisir, mencakup perikanan, mangrove, terumbu karang.
- Mobilisasi insentif dan investasi
- Sistem yang lebih baik untuk pengumpulan dan pemantauan data
- Membangun kembali dengan “lebih biru” setelah pandemi COVID-19
Pelaksanaan program akselerator ini juga mengetengahkan pemberdayaan perempuan, yang merupakan kunci transformasi rantai nilai lokal ekonomi biru dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.
“Dengan program accelerator ini, kami ingin mempromosikan proyek-proyek biru yang berkelanjutan untuk memenuhi target NDC pemerintah yang sepenuhnya mengakui lautan sebagai salah satu elemen yang berkontribusi terhadap adaptasi perubahan iklim,” kata Jiro Tominaga, Country Director ADB.
Sumber: Kemenko Marves
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.