Laporan Schneider: Mencapai Netral Karbon pada 2050 dengan Transformasi Pola Konsumsi
Hari ini, kita hidup di tengah tantangan perubahan iklim yang menuntut kita untuk memikirkan soal keberlanjutan Bumi demi masa depan generasi penerus. Satu PR besar bersama yang harus kita capai adalah target emisi nol bersih pada 2050. Target ini harus dicapai dengan mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya terkait pola konsumsi.
Laporan terbaru Schneider Electric Sustainability Research Institute bertajuk ‘Back to 2050’ mengungkap sejumlah skenario yang dapat ditempuh. Temuan utamanya adalah bahwa transformasi pola konsumsi dapat membantu mencapai netral karbon pada tahun 2050.
Modernisasi Ekonomi
Schneider Electric adalah perusahaan Prancis yang bergerak di bidang elektrik, yang didirikan oleh dua bersaudara Eugène Schneider dan Adolphe Schneider pada 1836. Dengan slogan ‘Life is On’, Schneider bertujuan untuk memberdayakan semua orang dalam memanfaatkan energi dan sumber daya secara optimal, menjembatani kemajuan dan keberlanjutan.
Dalam laporan terbarunya, Schneider menyimpulkan bahwa cara terbaik—namun bukan satu-satunya—untuk mencapai netral karbon pada tahun 2050 adalah transformasi pola konsumsi dengan modernisasi ekonomi, membangun inovasi dan merespons perubahan perilaku yang mendukung agenda perubahan iklim.
Dalam sektor makanan, misalnya, pandemi COVID-19 telah mengubah pola konsumsi masyarakat, dari yang selama ini membeli atau menyantap langsung di lokasi, menjadi memesan secara daring. Perubahan pola konsumsi tersebut menuntut sektor industri makanan dan minuman untuk aktif berinovasi, termasuk dalam hal kebersihan dan kemasan makanan, dengan memanfaatkan teknologi.
Laporan bertajuk ‘Back to 2050’ tersebut mengevaluasi bagaimana 12 transformasi menyangkut teknologi masa depan akan memengaruhi penggunaan energi dan tingkat emisi karbon dalam jangka panjang.
Dua belas transformasi ini sebagian besar tak terelakkan, karena memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat dalam hal akses ke layanan, kenyamanan, dan kualitas hidup:
– Generasi dan Penyimpanan Terdistribusi
– Teknologi Pengkondisian Ruang Superior
– Elektrifikasi kendaraan jalan
– Transportasi sebagai Layanan Sistem multimoda
– Industri digital dan Teknologi Terbaik yang Tersedia
– Proses industri baru
– Lingkungan virtual
– Disrupsi konstruksi
– Kendaraan Otonom
– Bahan bakar baru
– Sirkularitas
– Manufaktur Terdistribusi
Skenario ‘Back to 2050’
Penurunan emisi karbon akan bergantung pada kecepatan dan tingkat perkembangan dari 12 transformasi itu. Dua skenario yang Schneider rumuskan adalah:
- Skenario “New Normal”: melihat perkembangan alami dari transformasi konsumsi, tanpa perubahan kebijakan lebih lanjut, dan mempertimbangkan kondisi pasar bisnis. Dalam skenario ini, didapati bahwa perekonomian yang dimodernisasi akan menurunkan level karbon lebih cepat.
- Skenario “Back To 2050”: mengeksplorasi sejauh mana pergeseran kebijakan yang bersifat konsumen-sentris dapat membantu mencapai target pengurangan emisi sebesar 30-50 persen pada tahun 2030 dan nol bersih pada tahun 2050. Mempercepat transformasi pola konsumsi sama artinya dengan mempercepat modernisasi melalui pergeseran kebijakan yang berpusat pada konsumen, membantu mencapai ekonomi nol-bersih pada tahun 2050.
Perubahan kebijakan diperlukan, dari fokus “infrastruktur-sentris” menjadi “konsumen-sentris” yang saling melengkapi. Perubahan ini tidak dimaksudkan untuk mengeliminasi pembangunan infrastruktur, melainkan melengkapinya dengan langkah-langkah strategis yang akan mengarah pada dekarbonisasi ekonomi yang inklusif di sisi konsumen.
Dunia pada tahun 2050 mungkin akan berbeda dari apa yang kita bayangkan. 12 transformasi tadi dapat memberikan gambaran kasar tentang perubahan yang akan terjadi.
Kesimpulan Laporan
Ada dua kesimpulan utama dalam laporan yang optimis menyebut “1,5 ℃ lebih memungkinkan untuk dicapai dari yang kita pikir” ini. Pertama: transformasi alami dalam cara kita mengkonsumsi energi—termasuk inovasi dan perubahan perilaku—akan mengarah pada ekonomi yang rendah karbon. Kedua, sepanjang kita secara kolektif dapat merangkul perubahan ini dan mempercepatnya melalui regulasi yang tepat, ekonomi nol-bersih akan dapat dicapai pada tahun 2050.
Singkatnya, transisi energi harus dipahami sebagai percepatan modernisasi ekonomi dan “investasi positif” ketimbang sebagai “beban”. Modernisasi ekonomi pada akhirnya akan bersinonim dengan pembangunan ekonomi dan manusia, karena memotivasi perubahan baik bagi konsumen maupun bisnis.
Baca laporan Schneider selengkapnya di sini.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.