Proyek Jalan Lenyapkan Air Terjun Kedung Kandang di Gunungkidul
Hari ini, tidak ada lagi Air Terjun Kedung Kandang yang berada di kawasan Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air terjun bertingkat-tingkat itu dihancurkan karena berada di jalur lintasan proyek pembangunan jalan alternatif Gading-Tawang.
“Sekarang sudah dibangun jalan. Sehingga daya tarik Air Terjun Kedung Kandang yang berada dalam satu kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran hilang,” kata Sugeng Handoko, anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran.
Sejak April 2023, alat-alat berat keluar-masuk lokasi air terjun tersebut untuk memulai proyek pembangunan jalan yang akan menghubungkan Kabupaten Gunungkidul dengan Kabupaten Sleman itu.
“Pengembangan akses di Kedung Kandang membuat Desa Wisata Nglanggeran kehilangan daya tarik alam berupa alam yang asri, terasering sawah dengan air terjun Kedung Kandang. Selain itu mengurangi pemandangan glamping di dekat Kedung Kandang,” ujar Sugeng.
Pesona Air Terjun Kedung Kandang
Air Terjun Kedung Kandang berada dalam kawasan Gunung Api Purba yang merupakan bagian dari Geosite Gunung Sewu yang masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark. Dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dari Kota Yogyakarta, air terjun ini dikelilingi oleh bentang pepohonan dan terasering sawah. Selama ini, banyak wisatawan mengunjungi air terjun ini untuk berkemah, mandi, dan menikmati alam.
Untuk menuju objek wisata ini, pengunjung mesti berjalan kaki menuruni jalur persawahan dan kebun warga sekitar 800 meter, dengan semak-semak belukar dan tanaman liar yang tumbuh di sepanjang jalur. Burung-burung dan berbagai serangga liar masih dapat ditemui di tempat ini.
Selain sebagai objek wisata yang turut mengantarkan Desa Nglanggeran meraih penghargaan desa wisata terbaik dunia pada 2021 dari UNWTO, air terjun tersebut merupakan sumber air bagi petani dan warga di kawasan Nglanggeran. Pemandangan terbaik air terjun ini bisa dinikmati saat musim penghujan. Namun, Air Terjun Kedung Kandang sudah tidak ada lagi sekarang.
Upaya Penolakan
Sugeng dan para pengurus Pokdarwis Nglanggeran lainnya telah berupaya menentang rencana pembangunan jalan alternatif tersebut di berbagai forum yang melibatkan Dinas Pariwisata Gunungkidul dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Mereka meminta agar proyek pembangunan jalan tidak sampai merusak objek wisata tersebut. Mereka juga telah menyampaikan berbagai dampak yang akan terjadi bila air terjun itu dihancurkan, di antaranya daya tarik wisata yang hilang hingga rusaknya salah satu sumber air bersih di desa tersebut.
“Kita sudah pernah usul ke pemerintah agar pembangunan itu memperhatikan keberlanjutan alam, lingkungan, sosial, dan budaya di Nglanggeran, tapi mungkin tidak didengar,” kata Sugeng.
Pembangunan jalan alternatif Gading-Tawang sendiri merupakan proyek pemerintah Provinsi D.I.Y. Meskipun menumbalkan Air Terjun Kedung Kandang, pembangunan jalan tersebut tetap dilanjutkan oleh pemerintah setempat dengan alasan bahwa air terjun tersebut tidak termasuk situs warisan geologi.
“Kedung Kandang bukan dalam satu delineasi warisan geologi yang sudah ditetapkan menjadi kawasan cagar alam geologi Gunung Api Purba Nglanggeran. Warisan geologinya di Gunung Api Purba-nya, ini yang utama, yang lainnya hanya pendukung,” ujar Plt Kepala Dispar Gunungkidul Hary Sukmono.
Jangan Sampai Terulang
Sembari merampungkan pembangunan jalan tersebut, pemerintah DIY dan Kabupaten Gunungkidul tengah merumuskan pembangunan untuk menciptakan daya tarik baru di lokasi Air Terjun Kedung Kandang yang telah dihancurkan. Rencananya, akan dibangun jembatan dengan bentuk yang unik sehingga pengunjung masih dapat menikmati pemandangan terasering sawah. Namun, air terjun alami tersebut tetap tidak dapat dikembalikan.
Penghancuran air terjun tersebut menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesadaran dan wawasan lingkungan serta penilaian dampak warisan budaya dalam proyek pembangunan infrastruktur. Sosialisasi dan edukasi kepada seluruh pihak perlu ditingkatkan agar hal serupa tidak terulang.
“Kita harus hati-hati sekali menanggapi ini. Jangan sampai warisan UNESCO sebagai situs heritage itu terganggu. Harus ada heritage impact assessment,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.