Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Rakornas LPBI NU Ajak Umat Beragama Dukung Pengurangan Risiko Bencana dengan Ekologi Spiritual

Perubahan iklim membutuhkan sikap dan penanganan yang koheren dan komprehensif, dan umat beragama sebagai warga dunia mayoritas punya potensi besar untuk berkontribusi melalui gerakan ekologi spiritual.
Oleh Abul Muamar
9 Juni 2023
(Dari kiri ke kanan) Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah Imam Susanto Sjaichu, Ketua LPBI NU TB Ace Hasan Syadzili, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam Rakornas LPBI NU di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat. | Foto: LPBI NU.

(Dari kiri ke kanan) Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah Imam Susanto Sjaichu, Ketua LPBI NU TB Ace Hasan Syadzili, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam Rakornas LPBI NU di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat. | Foto: LPBI NU.

Dunia saat ini sedang menghadapi perubahan iklim yang dampaknya telah dan sedang berlangsung di berbagai tempat di seluruh dunia. Sebagai pemimpin di muka Bumi, manusia mesti menjalankan tanggung jawab untuk merawat alih-alih mengeksploitasi alam. Kesadaran akan perubahan iklim mulai meningkat dan berbagai aksi telah banyak dilakukan, namun itu semua belum cukup. Perubahan iklim membutuhkan sikap dan penanganan yang koheren dan komprehensif, dan umat beragama sebagai warga dunia mayoritas punya peluang besar untuk berkontribusi.

Hal itulah yang ditekankan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) yang digelar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, pada 2-4 Juni 2023. Mengusung tema “Ekologi Spiritual: Upaya Merawat Jagat, Membangun Peradaban”, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi Forum Agama G20 atau Religion of Twenty (R20).

Peningkatan Frekuensi Bencana

Gelombang panas, kenaikan muka laut yang menenggelamkan wilayah pesisir hingga kota, dan penurunan keanekaragaman hayati adalah beberapa dampak perubahan iklim yang telah kita saksikan hari ini. Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi kejadian bencana alam di berbagai tempat. Di Indonesia sendiri, dari tahun 2010-2022, frekuensi bencana meningkat 82%. 

Pada tahun 2023 saja, telah terjadi 1.675 bencana hingga 31 Mei, dengan 153 orang meninggal dunia, 5.487 luka-luka, dan lebih dari 2,8 juta orang mengungsi. “Kalau kita lihat data bencana terkait iklim yang berdampak signifikan di tingkat global, khususnya sejak 1961 sampai 2022, tren kenaikan anomali suhu berbanding lurus dengan peningkatan frekuensi kejadian bencana global,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, yang turut hadir dalam Rakornas tersebut.

Pengurangan Risiko Bencana dengan Ekologi Spiritual

Dengan potensi besar yang dimiliki, umat beragama mesti meningkatkan aksi iklim yang lebih komprehensif dan berfokus ke arah pengurangan risiko bencana melalui perspektif ekologi spiritual. “Ini bukan lagi soal kalau ada gempa, lalu lari. Kalau ada gunung meletus, lari. Ada banjir, kita kirim perahu dan lain sebagainya. Tapi ini adalah masalah yang kompleks yang membutuhkan desain kebijakan yang koheren serta pendekatan dengan berbagai perspektif,” ujar Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya.

Gerakan ekologi spiritual yang digaungkan pada pertemuan R20 menyerukan pentingnya mengarusutamakan kesadaran dan tanggung jawab lingkungan di tengah masyarakat, khususnya di semua lini di mana umat beragama berkegiatan, termasuk dan tidak terbatas di lingkungan pesantren, di forum-forum dakwah, dan di dalam pelatihan kader organisasi keagamaan.

“Walaupun kita tahu bahwa di dalam Alquran dijelaskan bahwa Bumi diciptakan untuk kepentingan umat manusia, tetapi bukan berarti kita dipersilakan untuk mengeksploitasi. Itu berarti kita harus merawatnya,” imbuh Gus Yahya.

Terlibat dalam Kebijakan 

Rakornas tersebut menyajikan dua seminar. Yang pertama bertema “Tantangan Perubahan Iklim terhadap Kebencanaan di Indonesia” dengan narasumber Oman Fathurahman (Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah), Agus Justianto (Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK), Alissa Wahid (Ketua PBNU), Agus Zainal Arifin (Kepala Pusdatin Kemensos), dan Jarwansyah (Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB).

Sedangkan seminar kedua bertajuk “Paradigma Baru Bencana Perubahan Iklim sebagai Penggerak Ekologi Spiritual” dengan narasumber Marlis Afridah (Founder & CEO Green Network Asia), Istiana Maftuchah (pengamat dan praktisi sustainable finance), Riza Suarga (Founder Indonesia Carbon Trade Association), dan Nisya Saadah Wargadipura (penggagas pesantren ekologi).

Dalam paparannya, Marlis menyampaikan rekomendasi UN Office for Disaster Risk Reduction yang dapat diadopsi oleh LPBI NU dan dikembangkan untuk lebih terlibat dalam kebijakan publik dan upaya-upaya pengurangan risiko bencana: 

  • Menggembleng kepemimpinan dan momentum politik.
  • Mengakselerasi manajemen risiko bencana dan iklim yang komprehensif.
  • Memberdayakan komunitas dan memobilisasi masyarakat untuk memastikan tidak ada seorang pun tertinggal di belakang.
  • Berinvestasi dalam sistem infrastruktur yang berkelanjutan dan tangguh.
  • Mempromosikan mekanisme pembiayaan dan investasi inovatif.
  • Memastikan perubahan pola pikir dan perilaku melalui sains, bukti, dan komunikasi yang efektif.

Rakornas yang berlangsung selama tiga hari tersebut turut dihadiri oleh Ketua LPBI NU TB Ace Hasan Syadzili, Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah Imam Susanto Sjaichu, dan Presiden Direktur Danone Indonesia Connie Ang. Nama yang disebut terakhir menyerahkan donasi berupa satu unit mobil instalasi pengolah air kepada LPBI NU. Rakornas tersebut sekaligus menjadi momentum pengukuhan santri Penggerak Peduli Lingkungan di Pesantren Al-Hamidiyah.

Editor: Marlis Afridah

Dukung Green Network Asia dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Ironi Raja Ampat: Pengakuan Ganda dari UNESCO dan Kerusakan Lingkungan
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Desakan untuk Mewujudkan Reforma Agraria Sejati
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mewujudkan Layanan Kesehatan yang Lebih Aman untuk Bayi dan Anak
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan

Continue Reading

Sebelumnya: Green Network Asia dan Waste4Change Gelar Workshop Virtual untuk Pengembangan Kapasitas Kreator Digital
Berikutnya: Kenalan dengan Konsep Pendapatan Dasar Konservasi untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Lihat Konten GNA Lainnya

dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton. Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025
stasiun pengisian daya dengan mobil listrik yang diparkir di sebelahnya. Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan

Oleh Kresentia Madina
10 Oktober 2025
seorang pria tua duduk sendiri di dekat tembok dan tanaman Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia

Oleh Abul Muamar
9 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia