Alarm Kelebihan Berat Badan dan Obesitas di Indonesia
Ketika berbicara tentang malnutrisi, bayangan yang sering muncul secara umum adalah orang dengan tubuh kurus atau pendek, yang lebih sering disebut dengan istilah stunting dan wasting, utamanya anak-anak dan balita. Padahal, malnutrisi juga dapat berupa kelebihan berat badan dan obesitas. Penyakit kronis ini tidak mengenal usia, karena anak-anak sekalipun dapat mengalaminya. Dokumen lembar fakta yang dirilis oleh UNICEF menunjukkan bahwa Indonesia saat ini sedang dalam keadaan darurat kelebihan berat badan dan obesitas.
Kelebihan Berat Badan dan Obesitas
Meski pemicu dan dampaknya sama, kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas adalah dua kondisi yang berbeda. Menurut WHO, kelebihan berat badan merupakan kondisi di mana terdapat timbunan lemak berlebih di dalam tubuh, sedangkan obesitas merupakan penyakit kompleks kronis yang ditandai dengan timbunan lemak berlebih. Pada dasarnya, obesitas merupakan kondisi yang lebih parah dibanding kelebihan berat badan, dan dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, stroke, mempengaruhi kesehatan tulang dan reproduksi, serta meningkatkan risiko kanker tertentu.
Kelebihan berat badan dan obesitas mempengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk untuk tidur dan bergerak. Anak-anak dengan berat badan berlebih memiliki peluang yang lebih besar menjadi orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan dapat menghadapi tantangan kesehatan fisik dan mental. Mereka dapat diintimidasi datau dirundung karena berat badan mereka, yang bisa menyebabkan rendahnya penilaian diri, kecemasan, hingga depresi.
Diagnosis kelebihan berat badan atau obesitas dilakukan dengan mengukur berat dan tinggi badan serta dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Kategori IMT untuk mendefinisikan obesitas bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan (m)². Indeks massa tubuh adalah indikator praktis dan paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.
Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut kriteria Asia Pasifik, seseorang dikatakan kelebihan berat badan jika memiliki IMT 23-24,9, dan dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥ 25. Di Indonesia sendiri, menurut Pedoman Gizi Seimbang Kementerian Kesehatan, seseorang dikategorikan kelebihan berat badan jika IMT > 25, dan dikatakan mengalami obesitas jika IMT > 27.
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan salah satu dari 5 faktor risiko utama kematian dan disabilitas. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia mengalami peningkatan pada semua kelompok usia. Pada tahun 2023, misalnya, 1 dari 5 anak usia sekolah, 1 dari 7 remaja, dan 1 dari 3 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Secara tidak proporsional, penderita penyakit kronis ini mayoritas merupakan perempuan, dengan angka perbandingan 46,5% versus 29,3% laki-laki.
Pola Makan yang Tidak Sehat dan Kurangnya Aktivitas Fisik
Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik telah menjadi penyebab utama kelebihan berat badan dan obesitas meskipun genetik dapat berperan sebagai faktor predisposisi. Konsumsi kalori berlebih akan membuat tubuh menyimpan kelebihan tersebut dalam bentuk lemak. Gaya hidup dan aktivitas yang tidak banyak bergerak dalam waktu lama seperti bekerja dengan komputer/laptop, menggunakan ponsel pintar, atau bermain game online, merupakan beberapa faktor risiko utama lainya.
Faktanya di Indonesia, 1 dari 2 anak, remaja, dan orang dewasa mengkonsumsi satu atau lebih minuman manis per hari; 9 dari 10 anak, remaja, dan orang dewasa tidak mengkonsumsi cukup buah dan sayur; dan 1 dari 2 anak serta 1 dari 3 orang dewasa tidak memenuhi rekomendasi WHO untuk aktivitas fisik mingguan, yakni 30 menit per hari untuk orang dewasa dan 60 menit per hari untuk anak.
Dokumen tersebut juga memaparkan sejumlah faktor lain yang tidak kalah signifikan dalam menyebabkan peningkatan angka kelebihan berat badan dan obesitas:
- Menjamurnya gerai makanan cepat saji dan toko serba ada yang menawarkan berbagai makanan dan minuman ultra-olahan, yang umumnya mengandung gula, garam, lemak, dan bahan-bahan sintetis dalam kadar tinggi.
- Pemasaran makanan dan minuman tidak sehat yang meluas, terutama yang menyasar anak-anak dan remaja.
- Kurangnya akses terhadap makanan sehat dan utuh di banyak tempat, termasuk di sekolah-sekolah. Alih-alih makanan sehat dan utuh, makanan yang banyak beredar justru makanan ultra-olahan.
- Ruang dan struktur sosial-ekonomi yang tidak memadai untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari, misalnya trotoar dan jalur bersepeda.
Selain itu, semakin terbatasnya jenis pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik juga penting digarisbawahi sebagai faktor yang memberikan pengaruh signifikan. Perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi telah membuat banyak pekerjaan manusia modern cukup dilakukan dengan duduk di ruangan selama berjam-jam.
Meningkatkan Kesehatan
“Kesehatan itu mahal” semakin benar adanya di tengah tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Kerusakan lingkungan, menyusutnya sumber daya alam, meningkatnya biaya hidup, dan merebaknya makanan-makanan sintetis dan ultra-olahan membuat upaya untuk menjaga kesehatan semakin berat. Namun, kita semua tetap harus dan dapat menjaga kesehatan dengan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat dengan cara sesederhana mungkin. Terkait kelebihan berat badan dan obesitas, dokumen tersebut memberikan sejumlah tips untuk menghindarinya:
- Menerapkan pola makan yang beragam yang terdiri dari makanan utuh, buah-buahan, dan sayur-sayuran; serta mengurangi atau membatasi makanan dan minuman yang mengandung gula, garam, dan lemak dengan kadar tinggi.
- Minum air putih 6-8 gelas setiap hari.
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari seperti berjalan kaki, berolahraga, dan lain sebagainya.
- Menghindari iklan-iklan makanan dan minuman yang menyesatkan yang kerap menggunakan kata-kata seperti “menyehatkan”, “baik untuk tubuh”, dan sebagainya. Hindari pula siasat pemasaran yang mendorong Anda untuk membeli dan mengkonsumsi lebih dari yang Anda butuhkan, seperti “beli 1, gratis 1” dan lainnya.
Selain itu, Anda juga dapat dapat melakukan advokasi dan kampanye untuk mendorong terciptanya kebijakan yang dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, seperti regulasi yang mewajibkan perusahaan makanan dan minuman untuk menggunakan label gizi pada produk mereka dan membatasi penjualan makanan dan minuman yang tidak sehat, semisal melalui penerapan pajak untuk makanan dan minuman berpemanis. Namun, itu semua membutuhkan upaya kolektif, komitmen dari dunia usaha, dan intervensi yang tegas dari pemerintah. Meningkatkan literasi gizi, mengarusutamakan pola makan sehat dan berkelanjutan, dan meningkatkan akses ke makanan sehat yang terjangkau untuk semua merupakan kunci untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.