Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kemitraan untuk Lindungi Keanekaragaman Hayati Wallacea

Program Kemitraan Wallacea merupakan upaya untuk melindungi ekosistem pesisir dengan menerapkan pemanfaatan berkelanjutan di wilayah Wallacea.
Oleh Abul Muamar
22 Mei 2023
seekor burung hantu terlihat di antara dedaunan dan air di belakangnya.

Foto: Djamal Akhmad Fahmi di Unsplash.

Keanekaragaman hayati merupakan denyut kehidupan. Berbagai spesies hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang saling berinteraksi dalam suatu ekosistem, menghadirkan warna dan harmoni dalam keberlangsungan alam. Namun, keanekaragaman hayati di berbagai belahan dunia menghadapi ancaman yang semakin nyata, terutama akibat kerusakan lingkungan dan habitat. Keanekaragaman hayati di Wallacea, wilayah bagian tengah Indonesia yang memiliki kekayaan endemisitas, juga tidak luput dari ancaman tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di Wallacea. Salah satunya adalah Program Kemitraan Wallacea yang diselenggarakan oleh Burung Indonesia dan menggandeng masyarakat setempat. 

Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati Wallacea

Berada di antara Pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan di sebelah barat dan Papua di sebelah timur, Wallacea dikenal sebagai surganya keanekaragaman hayati. Kawasan ini meliputi pulau-pulau di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan beberapa pulau kecil lainnya. Kawasan ini merupakan laboratorium hidup untuk mempelajari evolusi. Penamaannya berasal dari nama Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris yang pernah menjelajahi kepulauan Nusantara pada abad ke-19 dan mengembangkan teori seleksi alam melalui pengamatannya terhadap berbagai satwa endemik.

Keanekaragaman hayati Wallacea kini tengah menghadapi ancaman deforestasi dan degradasi hutan, terutama akibat aktivitas pertambangan, pertanian, dan perkebunan yang massif dalam beberapa dasawarsa terakhir. Yang paling mencolok adalah tambang nikel, yang kini menjamur di wilayah Sulawesi dan Maluku Utara seiring dengan ambisi pemerintah untuk menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik.

Selain itu, perburuan dan perdagangan satwa liar dan endemik, juga turut berkontribusi dalam menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati Wallacea. Elang Flores dan Celepuk Siau adalah dua jenis burung yang paling menyedihkan nasibnya, dan kini berstatus terancam punah.

”Di Sulawesi juga ada [perburuan] bushmeat (daging semak), yang berpotensi memicu zoonosis dan harus dikontrol untuk mencegah pandemi di masa depan,” kata Jatna Supriatna, ahli biologi konservasi dari Institute for Sustainable Earth and Resources-Universitas Indonesia (ISER-UI), dalam acara Midterm Review Program Kemitraan Wallacea II di Makassar, 4 Mei 2023.

Ancaman lainnya yang bahkan lebih serius adalah perubahan iklim. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan sangat berdampak terhadap kehidupan di pulau-pulau kecil, termasuk di Pulau Komodo. Pada Agustus 2021, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menetapkan komodo sebagai spesies yang Terancam Punah (Endangered). Pemanasan global dan kenaikan air laut merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan hidup komodo, dan diprediksi akan mengurangi 30% populasi kadal raksasa itu dalam 45 tahun ke depan.

Melindungi Keanekaragaman Hayati Wallacea

Program Kemitraan Wallacea merupakan upaya untuk melindungi ekosistem pesisir dengan menerapkan pemanfaatan berkelanjutan di wilayah Wallacea. Program yang mendapat dukungan dana dari Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) ini telah dimulai sejak 2015. Tahap pertama program ini telah berakhir pada 2019 dan kini memasuki tahap kedua. 

Fokus Kemitraan Wallacea tahap II menyasar tujuh koridor laut prioritas, meliputi Togean Banggai, Pangkajene Kepulauan, Solor-Alor, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Bentang Laut Buru. Diimplementasikan ke dalam 44 proyek yang dikerjakan oleh 38 mitra, Kemitraan Wallacea II dimaksudkan untuk memperkuat peran kelompok masyarakat sipil dalam perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati laut, pengelolaan ekosistem pesisir, dan pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir dalam skema perikanan skala kecil yang berkelanjutan.

“Kegiatannya terutama untuk proteksi yang lebih baik terhadap spesies di laut. Kami juga melakukan peningkatan kapasitas masyarakat sipil dan kontribusi terhadap perbaikan kebijakan pemerintah,” kata Direktur Eksekutif Burung Indonesia Dian Agista.

Pada akhirnya, melindungi keanekaragaman hayati adalah tugas kita bersama. Untuk itu, kolaborasi antar-pemangku kepentingan lintas-sektoral perlu ditingkatkan untuk memastikan upaya yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Di samping itu, penting juga untuk mengikuti kerangka kerja global untuk mengatasi penurunan keanekaragaman hayati secara komprehensif di tingkat lokal, regional, hingga internasional. Menyelamatkan keanekaragaman hayati juga berarti mendukung pelestarian lingkungan, ketahanan pangan, dan memastikan kesejahteraan untuk semua.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Ironi Raja Ampat: Pengakuan Ganda dari UNESCO dan Kerusakan Lingkungan
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Desakan untuk Mewujudkan Reforma Agraria Sejati
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mewujudkan Layanan Kesehatan yang Lebih Aman untuk Bayi dan Anak
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan

Continue Reading

Sebelumnya: 5 Upaya Konservasi Satwa Liar di Asia
Berikutnya: Meningkatkan Kapasitas Jurnalis melalui Program Indonesian Climate Journalist Network

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia