Sail Tidore 2022: Mengembalikan Kejayaan Jalur Rempah Nusantara
Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 30.000 jenis tumbuhan dunia. Sebagian di antaranya merupakan tumbuhan rempah-rempah. Cengkih, pala, dan cendana adalah beberapa jenis “rempah raja” Nusantara yang telah mendunia. Berkah itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu jalur rempah dunia.
Namun, seiring waktu, jalur rempah nusantara seakan lenyap ditelan zaman. Karenanya, sejak beberapa tahun terakhir pemerintah Indonesia bertekad mengembalikan kejayaan Jalur Rempah nusantara. Tekad itu kembali disampaikan dalam agenda Sail Tidore 2022 yang digelar di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, pada 24-29 November 2022.
Sail Tidore 2022
Sail Tidore 2022 merupakan Sail Indonesia yang ke-12. Acara tahunan yang digelar sejak 2009 ini merupakan kegiatan pelayaran internasional di perairan Indonesia yang dihadiri oleh pelayar-pelayar internasional. Sail Indonesia bertujuan untuk mendorong perekonomian berkelanjutan, khususnya pada sektor pariwisata dan UMKM, di daerah yang menjadi tempat perhelatannya.
Sail Tidore 2022 mengambil tema “Tidore: Kota Warisan Dunia, Perekat Bangsa-Bangsa”. Ajang ini diproyeksikan sebagai momentum untuk menumbuhkan ekonomi di tengah krisis global pascapandemi COVID-19. Di samping itu, kegiatan ini juga menjadi sarana promosi wisata bahari dan pengembangan ekonomi pesisir laut yang berkelanjutan, terutama menyangkut rempah-rempah.
Tidore dan pulau-pulau lain di Maluku merupakan pusat emporium rempah-rempah yang ditemukan oleh Tim Ekspedisi Magellan pada abad ke-16, dan berkembang menjadi salah satu jalur rempah dunia. Kota Tidore Kepulauan saat ini menjadi anggota organisasi Jaringan Global Kota Magellan (Global Network of Magellan Cities).
“Sail Tidore diharapkan mampu mendorong kembali kejayaan Indonesia sebagai jalur rempah nusantara,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Program Jalur Rempah
Misi yang disampaikan dalam Sail Tidore 2022 ini sejalan dengan Program Jalur Rempah yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program Jalur Rempah memiliki tiga tujuan, yakni:
- Menghidupkan kembali narasi sejarah dengan memperlihatkan peran masyarakat Nusantara dalam pembentukan Jalur Rempah.
- Mendokumentasikan peran mereka yang berada di berbagai wilayah perdagangan rempah.
- Merekonstruksi serangkaian benang merah dalam satu bangunan sejarah.
Pemerintah Indonesia akan mendaftarkan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO pada 2024. Pada 1 Juni hingga 2 Juli 2022, Kemendikbudristek menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah untuk merekonstruksi Jalur Rempah. Muhibah Budaya Jalur Rempah diikuti oleh 149 pemuda-pemudi dari 34 provinsi yang disebut sebagai Laskar Rempah.
“Program Jalur Rempah merupakan upaya untuk menegaskan kembali kedaulatan Indonesia yang terbangun oleh ragam budaya yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah,” kata Mendikbudristek Nadiem Makarim.
Tidak hanya di Nusantara, Jalur Rempah membentang mulai dari Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Selatan, Afrika timur, hingga Eropa. Saat ini, Jalur Rempah mesti diwujudkan secara kolektif dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Jalur Rempah bisa menjadi pintu masuk untuk meningkatkan upaya menghadapi tantangan kontemporer, seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, pengentasan kemiskinan, kesetaraan, dan berbagai tantangan lainnya.
Untuk mempromosikan Program Jalur Rempah, Kemendikbudristek menyediakan situs Jalur Rempah yang memuat konten-konten tentang seluk-beluk dan sejarah rempah-rempah Nusantara.
“Jalur Rempah bukan hanya soal perdagangan rempah semata, tetapi juga pertukaran budaya. Kami berharap dapat menghidupkan kembali pertukaran dan pergaulan budaya seperti yang terjadi ribuan tahun lalu melalui jalur rempah,” ujar Nadiem.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.