Rahmat Hidayat, Perancang Busana yang Ingin Hapus Stigma terhadap Kelompok Difabel
“Dalam kekurangan pasti ada kelebihan, dan dalam kelebihan pasti ada kekurangan. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berusaha untuk mencoba sesuatu hal yang sulit.”
Begitulah keyakinan dan prinsip hidup Rahmat Hidayat, perancang busana difabel asal Desa Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Rahmat menyampaikan kalimat itu di tengah-tengah obrolan saat Green Network menghubunginya melalui sambungan telepon seluler pada Jumat pagi, 29 Juli 2022. Pagi itu, ia tengah sibuk merampungkan salah satu desain pakaian pesanan pelanggannya.
“Maaf, ya, WhatsApp saya tidak aktif. Paket internet saya habis,” katanya sambil tertawa kecil.
Menggambar Sejak Kecil
Lahir dari keluarga prasejahtera pada 12 Januari 1994 dan ditelantarkan ayahnya sejak kecil, Rahmat kini menjadi tulang punggung keluarga yang menopang kehidupan ibu dan empat adiknya. Itu semua berkat semangat dan kepiawaiannya dalam menggambar, khususnya membuat desain busana untuk berbagai jenis pakaian.
Keterbatasan fisik sejak lahir tak membuat Rahmat menyerah pada keadaan. Ia menyerap semua pelajaran yang ia peroleh tanpa pernah mengenyam pendidikan formal.
“Saya enggak pernah sekolah sama sekali. SD pun enggak pernah. Saya belajar baca-tulis dari bibi dan paman saya. Mereka yang mengajari saya,” kata pria yang juga bercita-cita menjadi seorang musisi ini.
Rahmat adalah seorang difabel daksa yang gemar menggambar sejak kecil. Hobi itu pada awalnya muncul saat ia melihat bibinya sedang menggambar animasi. Saat itu ia masih berusia 6 tahun. Dari hobinya itu, Rahmat bercita-cita menjadi seorang pelukis.
“Selain jadi pelukis, saya juga bercita-cita jadi produser dan musisi. Saya juga sering bikin lirik lagu. Dulu sempat dibeliin gitar sama paman. Paman saya berpikir saya punya bakat di musik. Tapi karena keadaan saya kayak begini, jadi saya kesulitan untuk pegang alat musik,” katanya.
Jadi Tulang Punggung Keluarga
Seiring berjalannya waktu, Rahmat menyadari bahwa bakat terkuatnya adalah menggambar. Sampai suatu hari, selepas menonton serial drama Korea ‘King Fashion’, ia terilhami untuk membuat desain pakaian, dan sejak saat itu, desain-desain yang ia buat mendapat sambutan hangat dari banyak orang di media sosial.
Pada tahun 2018, bakat Rahmat dalam mendesain busana mempertemukannya dengan desainer ternama seperti Eko Tjandra dan Anne Avantie. Bakat itu pula yang memberinya kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Islamic Fashion Institute (IFI) sehingga ia kini lebih profesional dalam merancang busana.
“Lama-kelamaan saya nyaman mendesain pakaian. Dari titik itu saya yakin bakat saya di desain,” ujarnya.
Rahmat bisa mendesain untuk berbagai jenis pakaian, mulai dari kaus, kemeja, jaket, hingga gaun. Dalam sehari, Rahmat biasanya menggambar 2-3 desain pakaian. Satu desain dihargai Rp150-170 ribu.
“Dulu sebelum mengenal teknik mendesain yang benar, saya bisa membuat 5-6 desain dalam satu hari. Itu saya jual Rp50 ribu,” katanya.
Dari mendesain pakaian, Rahmat mampu menghidupi ibu dan adik-adiknya. Salah satu adiknya saat ini masih berusia 7 tahun. Tak hanya itu, Rahmat juga membantu ibunya dalam urusan-urusan domestik seperti mencuci piring, memasak, dan mengepel lantai.
“Alhamdulillah, dari mendesain ini rumah saya sekarang sudah lebih layak. Saya bisa menghidupi keluarga saya, kebetulan saya tulang punggung keluarga,” katanya.
Ingin Membantu Kelompok Difabel
Meski telah mampu menghidupi keluarganya, Rahmat merasa dirinya belum melakukan apa-apa dalam hidupnya. Ia ingin suatu hari bisa membantu kelompok difabel dengan kemampuan yang ia miliki.
“Saya ingin sukses, dalam arti kaya. Ya, saya ingin jadi orang kaya. Saya pengin mengangkat harkat dan derajat orang tua saya. Saya pengin membantu banyak orang, membuka usaha untuk para difabilitas. Saya tahu seorang difabel itu kayak gimana hidupnya. Kadang orang menganggap kita rendah. Anggapan kayak ‘difabel tidak mungkin dapat kerja, dapat penghasilan’ itu masih banyak, masih sering saya dengar. Difabel dianggap cuma bisa minta-minta. Saya ingin menghilangkan anggapan seperti itu,” tuturnya mengakhiri.
Untuk membeli karya desain Rahmat Hidayat, Anda bisa menghubunginya melalui akun Instagram @rahmathidayat4259.
Editor: Marlis Afridah
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.