Dedikasi OIC Menyelamatkan Orangutan di Pulau Sumatera
Orangutan merupakan salah satu satwa ikonik Indonesia yang dilindungi. Hewan endemik Indonesia ini memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan tropis dengan menyebar biji berbagai jenis pohon.
Namun, orangutan berada di bawah bayang-bayang kepunahan. Berdasarkan daftar merah IUCN, tiga spesies orangutan yang ada di Indonesia (orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, dan orangutan Tapanuli) berstatus Kritis. Hal ini terutama akibat kerusakan atau hilangnya hutan yang merupakan habitat asli mereka.
Melihat kenyataan itu, Orangutan Information Center (OIC) bergerak untuk menjalankan misi penyelamatan orangutan dan habitat hutan mereka di Pulau Sumatera. NGO ini berdedikasi bersama masyarakat lokal yang hidup berdampingan dengan habitat asli orangutan di wilayah Ekosistem Leuser dan Batang Toru, Tapanuli Selatan.
Bukan Hanya tentang Orangutan
OIC didirikan pada tahun 2001 oleh Panut Hadisiswoyo. Salah satu gerakan yang dilakukan oleh OIC adalah menangani konflik orangutan-manusia melalui Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU). Seiring waktu, OIC juga berfokus pada perlindungan satwa liar, rehabilitasi habitat, restorasi kawasan hutan yang terdegradasi, pemberdayaan masyarakat melalui pertanian berkelanjutan, serta membangun kolaborasi berkelanjutan dengan institusi pemerintahan dan berbagai organisasi untuk mendorong penegakan hukum terhadap kejahatan menyangkut hutan.
Sejak 2008, OIC mempelopori program restorasi hutan di lahan yang terdegradasi di Ekosistem Leuser, di mana lebih dari 2.390 hektare hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi dibuka secara ilegal untuk pengembangan perkebunan. Dalam hal ini, OIC telah mereklamasi perkebunan ilegal dengan menebang lebih dari 15.000 pohon kelapa sawit, 5.000 pohon karet, dan banyak tanaman ilegal lainnya.
OIC mengembalikan hutan dengan menanam kembali lebih dari 2,2 juta bibit dari 97 spesies pohon asli di lebih dari 800 hektare hutan di dalam dan di luar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Setiap hektare lahan kritis ditanami dengan sekitar 1.100 bibit dari 20-30 spesies pohon yang berbeda.
Memberdayakan Masyarakat
Untuk pemberdayaan masyarakat, OIC membantu menyediakan mata pencaharian alternatif melalui pertanian berkelanjutan. Dalam hal ini, OIC membentuk Community Agroforestry, Reforestationn and Education (CARE) untuk mendorong terciptanya desa-desa yang dapat menjadi model kehidupan yang berorientasi pada konservasi. OIC mengenalkan pendidikan lingkungan, kesadaran, dan perlindungan habitat. CARE menyasar sejumlah komunitas yang hidup berdampingan dengan habitat orangutan.
Sejak tahun 2001, sekitar 6.164 petani di 53 desa di kawasan Ekosistem Leuser dilibatkan dalam berbagai program pelatihan pendidikan untuk meningkatkan praktik pertanian berkelanjutan. Bekerja sama dengan Orangutan Republik Foundation, OIC juga mengimplementasikan skema Orangutan Caring Scholarship (OCS) untuk mendukung studi yang dibutuhkan tentang ekologi dan konservasi orangutan di Sumatera.
Selain itu, OIC juga membentuk The Forest and Wildlife Patrol Unit (ForWPU) untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal untuk terlibat dalam upaya konservasi dan perlindungan hutan dengan membantu proses hukum terhadap tindak pidana yang terjadi di kawasan Ekosistem Leuser.
Pencapaian OIC
Untuk mengukur keberhasilan dan dampak dari gerakan yang mereka lakukan, OIC juga melakukan riset dan survei berdasarkan data. Berikut beberapa yang sudah dilakukan OIC dari 2012 hingga 2020:
- Menyelamatkan 223 orangutan (ditranslokasi dan disita dari kepemilikan pribadi).
- Memulihkan 2.629 Ha lahan terdegradasi di Ekosistem Leuser sejak 2008 hingga 2020.
- Menanam 2.523.352 bibit pohon untuk memulihkan lahan yang terdegradasi.
- Memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari Aceh dan Sumatera Utara setiap tahun sejak 2006.
- Membantu mengadili 46 kasus pidana hutan, bekerja sama dengan Badan Konservasi Nasional.
- Melatih 6.229 komunitas masyarakat tentang konflik manusia-orangutan, pertanian organik, dan restorasi hutan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.