Mewujudkan Kesejahteraan untuk Semua Anak
Anak-anak membutuhkan dukungan yang terus berkembang di sepanjang siklus hidup mereka, mulai dari saat masih di dalam kandungan hingga masa remaja dan menuju usia dewasa. Bagi sebagian anak yang beruntung, hal tersebut mungkin mudah didapat; tetapi faktanya, banyak anak di Indonesia yang tidak memperoleh dukungan yang mereka butuhkan sehingga menghambat mereka dalam mencapai kesejahteraan. Dengan berbagai tantangan yang semakin meningkat di tengah polikrisis, apa saja kunci untuk mewujudkan kesejahteraan untuk semua anak?
Tantangan dan Kesenjangan
Tantangan dalam mewujudkan kesejahteraan anak mencakup banyak aspek, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pengasuhan. UNICEF Indonesia dalam lembar faktanya mengungkap bahwa 1 dari 8 anak hidup di bawah garis kemiskinan nasional (pengeluaran per kapita sekitar Rp530 ribu per bulan). Tanpa mengikuti patokan garis kemiskinan tersebut, angka kemiskinan anak bisa jauh lebih tinggi dibanding yang tercatat.
Selain itu, 1 dari 5 balita mengalami stunting (terlalu pendek menurut usia) dan 1 dari 12 balita mengalami wasting (terlalu kurus menurut tinggi badan). Selain itu, 64% anak usia 3-6 tahun tidak mendapatkan layanan pendidikan dan pengembangan anak usia dini. Mutu pendidikan di sekolah Indonesia masih menjadi permasalahan utama, dengan hampir 40% siswa tidak mencapai kompetensi minimum literasi.
Sementara itu, 1 dari 2 anak berusia 13 hingga 17 tahun, baik perempuan maupun laki-laki, pernah mengalami satu atau lebih bentuk kekerasan (fisik, emosional, dan seksual) dalam hidupnya. Tidak hanya menjadi korban, banyak pula anak-anak yang turut menjadi pelaku. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa sekitar 50% remaja yang mengalami kekerasan fisik dan seksual menyatakan bahwa pelakunya merupakan teman sebaya mereka.
Dari aspek kesehatan, 1 dari 3 anak usia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental, namun hanya 2,6% yang mengakses layanan konseling. Selain itu, 16% remaja usia 13-15 tahun mengalami berat badan berlebih atau obesitas terutama akibat pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
Lebih lanjut, ruang digital juga tidak menjamin keamanan dan kenyamanan bagi anak-anak. Perundungan hingga kekerasan seksual online dan berbasis gender muncul sebagai masalah yang sedang marak dalam beberapa tahun terakhir seiring perkembangan teknologi.
Tidak hanya itu, hampir 4 dari 10 anak (37,38% atau 29,9 juta) menghadapi berbagai kesulitan ekonomi dan sosial, sedikitnya pada dua dari tujuh bidang: pangan dan nutrisi, kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, fasilitas (air, sanitasi, bahan bakar dapur), perumahan, dan informasi. Hampir 6 dari 10 anak (60%) dari kuintil kekayaan terbawah mengalami semua kesulitan tersebut dibandingkan 16% anak di kuintil kekayaan teratas, menunjukkan jurang ketimpangan yang masih menganga.
Anak-anak dengan disabilitas 1,4 kali lebih rentan mengalami kemiskinan dan tidak memperoleh layanan dasar dibandingkan anak tanpa disabilitas. Mereka lebih rentan untuk putus sekolah atau tidak bersekolah, dan lebih rentan terhadap malnutrisi. Selain itu, mereka juga lebih rentan mengalami kekerasan, termasuk kekerasan seksual.
Berdasarkan wilayah, Papua menjadi menjadi daerah yang paling rentan terhadap semua tantangan di atas. Dalam beberapa hal, persentase Papua bahkan lebih tinggi di atas rata-rata nasional, termasuk untuk masalah stunting balita, jumlah anak yang tidak sekolah, dan jumlah anak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan dan pengembangan usia dini.
Meski terdapat kemajuan, seluruh tantangan dan kesenjangan yang ada diperkirakan akan semakin meningkat akibat perubahan iklim dan berbagai krisis lainnya. Pada tahun 2022, misalnya, terdapat sekitar 15 juta anak terpapar gelombang panas, 28 juta anak terdampak banjir pesisir, dan lebih dari 40 juta anak terpapar polusi udara. Di luar itu, banyak anak yang terdampak oleh konflik dan meningkatnya biaya hidup, mulai dari aspek pangan hingga pendidikan. Tanpa intervensi yang kuat dan terukur, kesejahteraan untuk semua anak akan semakin sulit terwujud.
Kesejahteraan untuk Semua Anak
Anak-anak adalah individu unik yang dalam banyak hal bergantung pada orang tua, masyarakat, dan negara. Perkembangan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, baik saat ini maupun di masa mendatang. Pengalaman di kehidupan awal mereka sangat mempengaruhi masa depan mereka dan kegagalan melindungi mereka dapat menimbulkan kerugian besar. Oleh karena itu, mendengarkan dan mempertimbangkan suara mereka dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan merupakan hal yang krusial.
Untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan bagi semua anak, setidaknya ada beberapa aspek kunci yang mesti dipenuhi, yaitu:
- Pengasuhan yang berkualitas. Sebuah penelitian mengungkap bahwa kesejahteraan anak turut dipengaruhi oleh ketersediaan waktu yang cukup dan berkualitas dari orang tua untuk mengasuh, mendidik, dan membersamai anak-anak. Hal ini perlu didukung salah satunya oleh dunia kerja yang mengakui peran penting pengasuhan orang tua –ibu dan ayah.
- Kesehatan, termasuk meningkatkan layanan kesehatan dan literasi kesehatan. Aspek ini juga meliputi pemenuhan gizi anak secara layak dan meningkatkan literasi mengenai gizi, di sekolah dan di masyarakat secara luas.
- Memberantas kemiskinan. Kemiskinan yang bersifat multidimensi membutuhkan berbagai pendekatan untuk mengatasinya, termasuk dengan mempertimbangkan perspektif anak-anak.
- Menghapus ketimpangan. Memberantas kemiskinan harus dibarengi dengan upaya menghapus ketimpangan sosial-ekonomi di semua tingkatan. Hal ini mencakup soal perlindungan sosial yang perlu menyasar semua kelompok rentan, termasuk kelas menengah yang rentan terhadap guncangan dan krisis.
- Lingkungan yang sehat, bersih, dan aman, mencakup ketersediaan air bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH), udara yang bersih dan sehat, fasilitas pengasuhan anak yang terjangkau dan berkualitas, dan lingkungan masyarakat yang damai dan harmonis.
- Pendidikan. Akses pendidikan berkualitas yang inklusif dan terjangkau di semua daerah termasuk salah satu yang mendesak.
- Perlindungan anak. Aspek ini sangat penting mengingat kerentanan anak-anak terhadap bencana dan berbagai bentuk pelecehan, kekerasan, hingga eksploitasi dan perdagangan manusia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.