3 Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati yang Dilakukan Masyarakat Adat di Berbagai Negara
Masyarakat adat merupakan aktor utama dalam pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Berikut tiga contoh upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat adat di berbagai belahan dunia.
1. Konservasi Mithun oleh Masyarakat Adat Suku Adi di India
Mithun atau gayal adalah spesies sapi semi-domestikasi yang hidup di hutan perbukitan, di tempat sejuk dengan pepohonan yang rindang untuk menghindari sinar matahari. Hewan ini beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan yang sulit, sehingga berpotensi bermanfaat bagi ketahanan ekonomi dan ketahanan pangan. Secara budaya, mithun adalah simbol perdamaian, keharmonisan komunal, dan kekayaan bagi beberapa komunitas adat di timur laut India.
“Bagi komunitas adat Suku Adi di Arunachal Pradesh, keberadaan segala sesuatu di planet ini berkaitan dengan kelahiran mithun. Ketika mithun lahir, Dadi Bote, dewa binatang, menjadi penjaganya,” kata Barun Taki, seorang penggembala mithun dan mantan presiden kolektif petani Mirem mithun. “Sudah jadi tugas kami untuk membesarkan dan merawat mereka.”
Negara Bagian Arunachal Pradesh di India adalah rumah bagi populasi mithun terbesar di dunia. IUCN memasukkan spesies ini ke dalam kategori Rentan, dengan dukungan kebijakan dan kelembagaan yang minim atau tidak ada sama sekali meskipun terdapat ancaman panas, eksploitasi, dan perusakan habitat akibat penggundulan hutan. Selama ini, masyarakat adat yang berperan menjaga populasi hewan ini.
Masyarakat adat Suku Adi seringkali membiarkan mithun berkeliaran bebas, sehingga hewan-hewan tersebut dapat merumput dan masuk ke dalam hutan pada siang hari. Pakan tambahan yang mereka berikan hanya garam karena mithun menyukai air asin. Masyarakat Suku Adi juga membangun “pagar hidup” yang terbuat dari kawat berduri dan tunggul pohon anggrek untuk melindungi mithun agar tidak terjatuh dari tebing atau terguling dari bukit.
2. Konservasi Siskin Merah oleh Masyarakat Adat Wapichan, Macushi, dan Wai Wai di Guyana
Siskin merah merupakan burung yang terancam punah di daerah tropis Amerika Selatan. Populasi burung berbulu merah-hitam ini menurun tajam selama satu abad terakhir karena perburuan dan perdagangan ilegal untuk diambil bulunya dan dijual sebagai hewan peliharaan.
Di Rupununi Selatan, Guyana, Masyarakat Adat Wapichan, Macushi, dan Wai Wai berperan penting dalam konservasi siskin merah. Sejak tahun 2000, mereka telah bermitra dengan para ilmuwan dan memimpin upaya konservasi siskin merah. Leroy Ignacio, orang asli Macushi, mengatakan, “Tidak ada informasi mengenai burung tersebut di wilayah ini. Kami mulai mengumpulkan data tentang populasi burung, sarang aktif, dan kebiasaan mereka.”
Kemudian, lahirlah South Rupununi Conservation Society (SRCS). Organisasi ini membangun salah satu zona konservasi siskin merah pertama di Guyana di wilayah masyarakat adat, yang luasnya mencapai 75.000 hektare. SRCS juga membentuk brigade untuk mengawasi penyelundup.
Selain konservasi siskin merah, SRCS juga memberdayakan komunitas lokal melalui berbagai program peningkatan kapasitas untuk mengembangkan ekowisata. Sebagai contoh, organisasi ini menawarkan pelatihan dalam manajemen proyek dan keterampilan bercerita.
Upaya SRCS pun telah membuahkan hasil. “Kami telah mempertahankan populasi yang stabil, dan ini merupakan suatu keberhasilan,” kata Ignacio.
Untuk menyebarkan semangat konservasi pada anak-anak, organisasi ini menerapkan program after-school di lebih dari 16 komunitas, yang menawarkan perpaduan pengetahuan tradisional dan ilmiah tentang siskin merah, habitatnya, dan potensi ancaman terhadap populasinya.
3. Pelestarian Tanaman Obat oleh Komunitas Adat Ngäbe-Buglé di Panama
Komunitas adat Ngäbe-Buglé tinggal di antara hutan hujan lebat dan pegunungan di bagian barat Panama. Wilayah adat mereka—yang biasa disebut comarca—terbentang sepanjang 6.475 kilometer. Di hutan tersebut tumbuh berbagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk mengurangi pendarahan saat proses melahirkan.
Obat-obatan tradisional merupakan bagian dari ritual suci dan budaya melahirkan Suku Ngäbe-Buglé yang telah berlangsung selama beberapa generasi. Tanaman obat diolah menjadi teh atau cairan dan dikonsumsi untuk mempercepat dan meringankan rasa sakit saat proses melahirkan. Seorang bidan atau dokter pengobatan tradisional sering kali melakukan ritual ini.
Syahdan, tradisi ini terancam oleh deforestasi, pertanian skala besar, dan perubahan iklim yang mengubah lanskap teritorial Ngäbe-Buglé.
“Banyak tanaman asli di wilayah kami telah hilang,” kata Armando Sire, seorang dokter pengobatan tradisional berusia 83 tahun.
Sire juga merupakan salah satu pendiri Asosiasi Agen Kesehatan Tradisional dan Alami Ngäbe (ASASTRAN). Didirikan pada tahun 1998, organisasi ini merupakan organisasi bidan dan dokter pengobatan tradisional yang bekerja sama untuk melestarikan dan melindungi ritual melahirkan dan tanaman leluhur Ngäbe-Buglé.
“Salah satu tujuan utama kami adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi di comarca,” kata Silvia Salina, salah satu pendiri dan direktur ASASTRAN. “Cara lainnya adalah melestarikan tanaman obat di wilayah ini, yang memerlukan kondisi khusus untuk tumbuh dan sangat rapuh.”
ASASTRAN melaksanakan program untuk melatih perempuan muda menjadi bidan dan memberikan bantuan kesehatan bagi para ibu. Selain itu, asosiasi ini juga mengawasi budidaya tanaman obat leluhur, mengolahnya, dan mendistribusikannya kepada masyarakat untuk dikonsumsi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Terima kasih telah membaca!
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk membuka akses online tanpa batas ke platform “Konten Eksklusif” kami yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia. Nikmati manfaat berlangganan, termasuk -namun tidak terbatas pada- pembaruan kabar seputar kebijakan publik & regulasi, ringkasan temuan riset & laporan yang mudah dipahami, dan cerita dampak dari berbagai organisasi di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil.