Kemiskinan Multidimensi: Kemiskinan Bukan Hanya tentang Uang
Kemiskinan adalah salah satu masalah manusia yang paling klasik dan terus menerus ada. Kemiskinan membatasi kesempatan seseorang dalam memperoleh dukungan, peluang, dan kesempatan untuk merasakan hidup sejahtera. Upaya pemberantasan kemiskinan memerlukan pemahaman yang lebih baik, termasuk mengenai kemiskinan multidimensi. Mengapa kemiskinan bisa bersifat multidimensi?
Memahami Kemiskinan Multidimensi
Secara umum, orang menganggap dan mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan dimana seseorang tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Namun, penyederhanaan itu sama artinya dengan mengabaikan kompleksitas kemiskinan. Akibatnya, tindakan yang kemudian dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan menjadi terbatas.
Kemiskinan bersifat multidimensi. Dengan kata lain, kemiskinan mencakup kekurangan yang dialami oleh orang-orang dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti kesehatan yang buruk, kurangnya pendidikan, lingkungan yang rusak, dan standar hidup yang rendah. Faktor-faktor penyebab kemiskinan juga sangat luas, saling berhubungan, dan sebagian besar bersifat sistemik.
Saat ini, masyarakat di seluruh dunia menghadapi krisis biaya hidup yang parah, yang menyebabkan jutaan orang jatuh miskin. Misalnya, harga pangan berada pada titik tertinggi dalam sejarah dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menyebabkan banyak orang tidak mampu makan atau membeli makanan yang lebih murah dan kurang bergizi, sehingga menyebabkan malnutrisi dan masalah kesehatan, terutama pada anak-anak.
Permasalahan yang menyebabkan kemiskinan juga merupakan permasalahan yang paling berdampak terhadap masyarakat miskin. Perubahan iklim, bencana alam, pemanasan global, konflik, krisis pangan, degradasi lahan, ketimpangan gender, krisis pendidikan, dan krisis layanan kesehatan adalah beberapa permasalahan tersebut. Selain itu, kelompok yang terpinggirkan dan rentan—seperti perempuan, difabel, dan masyarakat adat—mempunyai risiko lebih tinggi untuk jatuh miskin. Mereka juga merupakan pihak yang paling merasakan dampak kemiskinan.
Untuk itu, memahami dan mengakui faktor-faktor yang saling berhubungan di luar faktor ‘uang’, adalah kunci untuk mengatasi kemiskinan.
Kondisi Kemiskinan Global
PBB memperkirakan sekitar 670 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Dalam hal ini, orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem adalah mereka yang hidup di bawah Garis Kemiskinan, dengan mengacu pada paritas daya beli/purchasing power parities (PPPs) 2017 sebesar yakni US$2,15 per hari. Menurut Laporan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023, kondisi yang berlangsung saat ini akan menyebabkan sekitar 575 juta orang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030, dengan sebagian besar berada di Afrika Sub-Sahara.
Sementara itu, menurut laporan Indeks Kemiskinan Multidimensi Global (MPI), sebanyak 1,1 miliar orang merupakan orang miskin. Dari jumlah tersebut, hampir 991 juta orang hidup dengan standar hidup rendah, dan 600 juta orang hidup dengan penderita gizi buruk di rumah tangganya. Sebagian besar masyarakat miskin dunia berasal dari Afrika Sub-Sahara (534 juta orang) dan Asia Selatan (389 juta orang).
Data tersebut diperoleh MPI dengan mengukur kemiskinan di 110 negara. Pendekatan ini menggunakan sepuluh indikator yang mencakup kesehatan (gizi dan kematian anak), pendidikan (masa bersekolah dan kehadiran di sekolah), dan standar hidup (bahan bakar untuk memasak, sanitasi, air minum, listrik, perumahan, dan aset) untuk menentukan kondisi kemiskinan seseorang. Seseorang dikatakan miskin multidimensi jika tidak mempunyai lebih dari ⅓ indikator tersebut.
Yang Mesti Dilakukan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)—sebagaimana Millennium Development Goals (MDGs) yang lebih awal—mendedikasikan tujuan pertama untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun. Mengingat target-target SDGs yang saling berhubungan, maka sangat penting untuk memahami kemiskinan multidimensi untuk mengembangkan kebijakan yang tepat dan efisien dalam upaya pemberantasan kemiskinan. Beberapa negara telah mengadopsi indikator kemiskinan multidimensi dalam strategi mereka untuk mengakhiri kemiskinan. Meskipun demikian, perkembangan yang ada masih terbatas.
Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus menargetkan faktor-faktor mendasar untuk mengurangi kemiskinan secara sistematis. Perlindungan sosial yang kuat seperti cakupan kesehatan semesta, bantuan kemanusiaan, peraturan pekerjaan yang layak, dan kebijakan yang responsif gender sangat penting dalam membatasi dampak perubahan iklim dan krisis lainnya yang tidak proporsional terhadap masyarakat miskin. Pada akhirnya, upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi manusia dan planet Bumi tidak boleh meninggalkan siapa pun.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.